Oleh: Yurlina Dewi Siregar, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Maritim Raja Ali Haji
MAUT
dia diamdiam diamdiam dia dia diamdiam
diamdiam dia
diamdiam dia dia diamdiam diamdiam dia
dia diamdiam diamdiam dia
dia diamdiam
diamdiam
maut
Karya sastra merupakan ungkapan manusia yang berisi pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan, yang dapat diutarakan/digambarkan pada tulisan.
Begitu pula dalam puisi yang berjudul ‘Maut’ karya Ibarahim Sattah. Dalam puisi ini penulis mengambarkan maut akan datang tanpa meminta izin dahulu.
Ibrahim Sattah lahir tahun 1943 di Tarempa, Pulau Tujuh, Riau. Ibrahim Sattah yang tercatat sebagai anggota Polri ini mulai dikenal ketika puisi-puisinya dimuat di majalah sastra Horison pada tahun 70-an. Tahun 1975 Ibrahim Sattah membacakan puisi-puisinya di Den Haag, Belanda. Di musim panas 1976 ia terpilih menjadi peserta Festival Puisi Antar Bangsa di Rotterdam, mengikuti program Asean Poetry Reading International di Rotterdam. Dari karya-karyanya dan cara pembacaannya menimbulkan kesan kepada kita bahwa Sattah memiliki ciri-ciri tersendiri.
Puisi ‘Maut’ karya Ibrahim Sattah memiliki makna yang sangat mendalam tentang ajal manusia yang datang diamdiam tanpa adanya pemberitahuan sedikitpun seperti yang tersirat dalam baris pertama sampai baris ke-enam
dia diamdiam diamdiam dia dia diamdiam
diamdiam dia
diamdiam dia dia diamdiam diamdiam dia
dia diamdiam diamdiam dia
dia diamdiam
diamdiam
Dalam baris tesebut memiliki makna yang sama, dimana kita hidup di dunia ini tak akan ada kehidupan yang tak mengalami maut dia akan datang diam-diam tanpa meminta izin kepada kita dahulu.
Puisi ‘Maut’ karya Ibrahim Satta ini sangat bagus karena memberikan makna tersirat dan menyentuh hati melalui puisi ‘Maut’ karya nya. Setiap kata yang terdapat dalam puisi ‘Maut’ ini memberikan pandangan kepada kita terhadap kehidupan bahwa tidak tau kapan datang maut dan diam-diam maut itu akan datang kepada kita.
Pada baris pertama sampai baris ke enam memiliki kata yang sama dan tentunya makna yang sama dimana di dunia ini tak akan ada kehidupan yang tak mengalami maut, maut tentunya sudah diatur Tuhan yang tidak tau kapan datang maut tersebut. Namun semua maut itu adalah rahasia Tuhan yang akan datang pada setiap makhluk hidup.
Setiap manusia akan mengalami maut itu sendiri dan seharusnya sebelum mengalami maut tersebut, kita hendaknya mempersiapkan bekal dimasa kehidupan, agar kita dapat menjadi lebih sadar diri tentang siapa kita di Alam semesta yang hanya sebagai persinggahan saja.
Maut bukan hal yang harus kita hindari akan tetapi suatu hal yang dapat membuat kita untuk menyadari bahwa semua yang dimiliki di dunia hanya sebuah titipan yang tak akan dibawa mati.
Penulis mengingatkan kepada kita bahwa maut akan datang secara diam-diam tanpa memberi tahu kepada kita, maka siapkanlah diri untuk menemui maut, karena hidup di dunia hanyalah sementara. *