LINGGA TERKINI – Sudah hampir dua minggu, pengiriman bahan kebutuhan pokok seperti beras, gula, sayuran, dan ayam beku ke Kabupaten Lingga tersendat. Penyebabnya bukan karena cuaca buruk, melainkan karena rumitnya urusan pajak dan izin impor yang harus dipenuhi para pengangkut logistik antarpulau.
Masalah ini paling dirasakan oleh para transportir kecil yang biasa membawa barang dari Batam menuju wilayah-wilayah di Lingga, termasuk Senayang dan sekitarnya.
Salah satu transportir yang enggan disebutkan namanya mengaku kerepotan mengurus faktur dan kewajiban Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
“Sudah hampir dua minggu kami tidak jalan. Kami siap bayar PPN, tapi bukan berarti semudah itu prosesnya. Kalau barang itu sudah difakturkan dan dikenakan pajak di Batam, pertanyaannya, apa masyarakat di Lingga masih sanggup beli?” keluhnya saat diwawancarai pada Jumat (4/7/2025).
Ia menjelaskan, setelah dikenai PPN dan biaya angkut, harga sembako bisa melonjak tajam. Misalnya, beras yang semula Rp17.000 per kilogram bisa naik jadi Rp20.000. Gula pasir pun diprediksi naik dari Rp12.000 menjadi Rp15.000 per kilogram. Kenaikan ini tentu memberatkan masyarakat yang ada di pulau-pulau kecil.
Tak tinggal diam, ia bahkan sudah berusaha mencari informasi ke Kantor Bea Cukai Batam. Namun sayangnya, alih-alih mendapat solusi, ia justru makin bingung karena tidak ada arahan teknis yang jelas.
“Kami sudah datang ke kantor BC, nanya gimana cara bayar faktur. Tapi tidak ada arahan yang jelas. Kami ini hanya pengangkut, bukan importir besar. Kalau beli beras dari PT di Batam, kami diminta surat izin impor dan nota pembelian, tapi semua agen tidak mau kasih,” jelasnya.
Ia juga menyayangkan proses distribusi antar pulau kerap dianggap sebagai kegiatan impor, padahal barang-barang tersebut ditujukan untuk konsumsi masyarakat, bukan untuk skala komersial besar.
“Bea Cukai katanya mau cegah penyelundupan rokok dan miras, tapi sekarang kapal-kapal bawa sembako juga ditangkapin. Masyarakat sudah mulai ngeluh. Stok sembako di toko-toko kelontong juga mulai habis,” sambungnya prihatin.
Dengan situasi yang semakin sulit, ia berharap ada kebijakan khusus yang mempermudah distribusi logistik untuk kebutuhan dasar masyarakat di daerah terpencil.
Ia juga meminta ada bimbingan teknis dari pemerintah agar para transportir kecil bisa memahami aturan perpajakan dan perizinan tanpa merasa ditinggal sendiri.
“Saya cuma mau ikut aturan, tapi tolong kami dibimbing, jangan langsung disikat,” tutupnya.
Sampai berita ini diturunkan, pihak Bea Cukai Batam belum memberikan tanggapan resmi mengenai keluhan para transportir logistik sembako tersebut.
Penulis /R-_-_-