LINGGA TERKINI – Pemerintah Kabupaten Lingga menggelar Malam Syukuran Hari Jadi ke-22 Kabupaten Lingga dengan suasana hangat, khidmat, serta sarat nuansa budaya Melayu, Kamis (28/11/2025).
Kegiatan yang berlangsung di halaman Kantor Bupati Lingga ini menjadi puncak rangkaian perayaan usia ke-22 salah satu daerah bersejarah di Kepulauan Riau tersebut.
Acara dihadiri oleh Bupati dan Wakil Bupati Lingga, Sekda Lingga, para Asisten, Ketua TP PKK Kabupaten Lingga, Ketua Dekranasda, Ketua Dharmawanita Persatuan, para Kepala OPD, Camat, Lurah dan Kepala Desa, tokoh adat, tokoh masyarakat, serta ratusan warga yang memenuhi lokasi acara.
Rangkaian Tradisi Melayu dalam Perayaan Malam Syukuran
Perayaan dibuka dengan persembahan lagu Indonesia Raya yang diikuti seluruh tamu undangan. Setelah itu, rangkaian dilanjutkan dengan pembacaan doa Haul Sultan Mahmud Riayat Syah oleh Ketua MUI Kabupaten Lingga sebagai bentuk penghormatan kepada tokoh sejarah Melayu yang menjadi simbol kejayaan Lingga pada masa Kesultanan Riau-Lingga.
Suasana semakin kental dengan nuansa budaya ketika tradisi Makan Sehidang Berlima digelar. Tradisi makan bersama dalam satu wadah besar tersebut mencerminkan nilai Melayu tentang persatuan, kesederhanaan, dan musyawarah.
“Makan Sehidang Berlima ini bukan sekadar acara makan bersama. Ini adalah pesan bagi kita semua bahwa dalam membangun Lingga, kebersamaan harus menjadi dasar. Kita duduk sama rendah, berdiri sama tinggi,” ujar Bupati Lingga dalam sambutannya.
Bersamaan dengan itu, Pemkab Lingga juga menayangkan video dokumenter yang merangkum capaian pembangunan daerah selama satu tahun terakhir. Video tersebut menampilkan peningkatan infrastruktur, penguatan sektor pariwisata sejarah, serta pengembangan program berbasis budaya Melayu.
Bupati Lingga: Budaya Melayu Adalah Identitas yang Harus Dijaga
Dalam sambutannya, Bupati Lingga menegaskan bahwa Hari Jadi Kabupaten Lingga bukan hanya peringatan administratif, tetapi momentum untuk kembali meneguhkan jati diri daerah sebagai pusat budaya Melayu di Kepulauan Riau.
“Lingga adalah tanah Melayu yang kaya sejarah. Di usia ke-22 ini, kita ingin mengembalikan martabat daerah sebagai pusat kebudayaan, pusat ilmu, dan pusat adat Melayu. Nilai-nilai itu akan terus menjadi fondasi dalam pembangunan,” ucap Bupati Lingga.
Bupati juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, tokoh adat, pelaku seni budaya, serta masyarakat dalam menjaga warisan budaya agar tidak tergerus perubahan zaman.
Peran BP2KL dan Komitmen Pengembangan Budaya
Perwakilan BP2KL (Badan Pengembangan Kebudayaan dan Kepariwisataan Lingga), dalam kesempatan yang sama, turut menyampaikan apresiasi terhadap penyelenggaraan malam syukuran yang tetap memprioritaskan unsur budaya.
“Kabupaten Lingga memiliki modal sejarah dan budaya yang luar biasa. Tugas kita adalah merawat, mengembangkan, dan mengenalkan budaya Melayu kepada generasi muda. Sinergi antara pemerintah dan masyarakat akan menjadi kunci kemajuan sektor budaya dan pariwisata,” kata perwakilan BP2KL.
Ceramah Agama Sebagai Penutup yang Menyejukkan
Malam syukuran ditutup dengan ceramah agama yang menekankan makna rasa syukur serta mengajak masyarakat melihat pembangunan daerah sebagai bagian dari ibadah dan amanah.
Dalam ceramahnya, ustaz yang hadir mengingatkan bahwa budaya Melayu selalu memadukan nilai keagamaan dan adat.
“Adat bersendikan syara’, syara’ bersendikan Kitabullah,” ujarnya, memetik ungkapan klasik dalam budaya Melayu.
Teguhkan Komitmen Membangun Negeri Berlandaskan Kearifan Lokal
Melalui peringatan Hari Jadi ke-22 ini, Pemkab Lingga kembali meneguhkan komitmennya untuk membangun daerah secara kolaboratif, berbudaya, dan berlandaskan nilai-nilai kearifan lokal yang diwariskan oleh leluhur Melayu.
Di tengah pesatnya modernisasi, pemerintah berharap Lingga tetap menjadi daerah yang mampu menjaga identitas sambil terus berkembang.
