LINGGA TERKINI – Kabupaten Lingga memasuki usia ke-22 dengan semangat baru dalam memperkuat jati diri sebagai Negeri Bunda Tanah Melayu. Di bawah kepemimpinan Bupati Muhammad Nizar dan Wakil Bupati Novrizal, peringatan hari jadi tahun ini tidak hanya menjadi seremoni, tetapi momentum peneguhan arah pembangunan yang menempatkan sejarah dan budaya sebagai fondasi utama.
Rangkaian kegiatan dimulai dengan ziarah ke Makam Sultan Mahmud Riayat Syah di kawasan Masjid Sultan Daik Lingga. Ziarah ini selalu menjadi agenda penting setiap tahun, namun kali ini memiliki penekanan khusus karena dijadikan simbol kesinambungan nilai sejarah dengan agenda pembangunan daerah ke depan.

Bupati Nizar menyampaikan bahwa ziarah bukan hanya penghormatan terhadap masa lalu, melainkan refleksi untuk memperbaiki masa kini dan merancang masa depan.
“Sultan Mahmud Riayat Syah mewariskan nilai kepemimpinan, ketegasan, dan keberanian. Dari nilai-nilai itulah kita mengambil inspirasi membangun Lingga yang lebih maju, lebih kuat, dan tetap berpegang pada akar budaya,” ujar Nizar.
Setelah itu, rombongan melanjutkan peninjauan ke Kompleks Makam Bukit Cengkeh dan Makam Merah, dua situs sejarah yang memiliki arti penting bagi perjalanan panjang Lingga. Kehadiran para tokoh adat, perangkat daerah, dan masyarakat menunjukkan kuatnya kolaborasi lintas elemen dalam menjaga identitas budaya.
Budaya sebagai Arah Pembangunan
Wakil Bupati Novrizal menegaskan bahwa pelestarian budaya tidak boleh dipandang sebatas pekerjaan fisik seperti merawat makam atau bangunan bersejarah. Lebih dari itu, katanya, pelestarian budaya adalah upaya memperkuat identitas masyarakat.
“Di tengah perubahan zaman yang cepat, budaya adalah jangkar. Ketika generasi muda memahami jati dirinya, mereka akan lebih percaya diri menghadapi tantangan dan perubahan,” tutur Novrizal.
Ia menambahkan bahwa pembangunan berkelanjutan harus selaras dengan nilai-nilai lokal. Menurutnya, daerah yang mampu mempertahankan karakternya akan memiliki posisi yang lebih kuat, baik secara sosial, ekonomi, maupun budaya.
Implementasi “Lingga Bersinar” di Usia ke-22
Tagline “Lingga Bersinar” yang diusung pasangan Nizar–Novrizal bukan sekadar slogan. Pemkab Lingga terus merencanakan pembangunan dengan menyelaraskan potensi daerah dan warisan budaya. Implementasi tersebut terlihat dari beberapa agenda prioritas:
1. Penguatan cagar budaya, melalui revitalisasi kawasan sejarah dan pemeliharaan situs penting.
2. Pengembangan SDM generasi muda, melalui pendidikan budaya Melayu, penguatan karakter, serta kepemimpinan program.
3. Pembangunan berbasis identitas, dengan memastikan setiap kebijakan daerah memperhatikan nilai budaya dan karakter masyarakat.
4. Kolaborasi antara pemerintah, tokoh adat, dan masyarakat, sebagai upaya memastikan budaya tidak hanya terjaga, tetapi juga hidup dan berkembang.
Bupati Nizar menekankan bahwa langkah-langkah ini dirancang untuk memberi manfaat jangka panjang, bukan hanya menandai peringatan hari jadi.
Menghidupkan Semangat Negeri Bunda Tanah Melayu
Peringatan Hari Jadi ke-22 juga menjadi ajakan untuk membangkitkan kembali kesadaran atas identitas Lingga sebagai bagian penting dari tradisi Melayu. Pelestarian nilai-nilai kearifan lokal diyakini dapat memperkuat karakter masyarakat dalam menjalani perkembangan zaman.
“Lingga tidak boleh kehilangan jati dirinya. Kita ingin maju, tapi tetap dihapus. Kita ingin berkembang, tapi tetap berkarakter. Itulah makna Lingga Bersinar,” kata Nizar.

Wakil Bupati Novrizal menambahkan bahwa semangat ini harus dimiliki seluruh masyarakat Lingga.
“Pembangunan tidak hanya diukur dari infrastruktur dan ekonomi. Pembangunan sejati adalah ketika masyarakatnya memiliki karakter kuat, menghargai sejarah, dan memahami identitasnya,” ujarnya.
Arah Baru Lingga ke Depan
Dengan komitmen yang diperbarui di usia ke-22, kepemimpinan Nizar–Novrizal menegaskan bahwa Lingga akan terus melaju menjadi daerah yang maju, berdaya saing, dan tetap menjaga kekhasan budaya Melayu. Ziarah dan peninjauan situs sejarah menjadi simbol bahwa masa lalu dan masa depan harus berjalan beriringan.
Melalui konsistensi yang menjaga nilai-nilai sejarah, pemerintah daerah menata masa depan Lingga dengan lebih terarah—sebuah Lingga yang bersinar, berkembang, dan tetap setia pada akar budayanya.


