LINGGATERKINI.COM – Tanjungpinang – Sudah hampir dua tahun pandemi covid-19 melanda indonesia, semenjak tahun 2019 lalu sampai dengan saat ini, semua aspek kehidupan berubah drastis semenjak pandemi.
Hal ini tidak dirasakan oleh masyarakat saja tetapi hal ini juga berdampak bagi mahasiswa salah satunya aspek pendidikan. baik sekolah tingkat dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, hingga perguruan tinggi.
Semua aktivitas dilakukan secara online, karena adanya larangan keluar rumah seperti diterapkannya PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat) guna memutus mata rantai penyebaran virus yang telah menelan banyak korban.
Konsep pendidikan juga berubah tadinya proses belajar mengajar dilakukan secara
tatap muka di sekolah atau kampus. Kini harus menggunakan berbagai aplikasi media
sosial,seperti menggunakan zoom meeting, classroom, edmodo, webex, dan lain lain.
Peralihan konsep pembelajaran ini,tentu memiliki hambatan tersendiri baik tenaga pendidikatau peserta didik. Seperti halnya pendidikan di perguruan tinggi, dimana tidak semua mahasiswa bisa menjalani pembelajaran daring di masa pandemi.
Banyak mahasiswa mulai mengeluhkan proses perkulihan dilakukan secara daring.
Mulai adanya rasa bosan dengan sistem ini, banyaknya tugas yang diberikan dosen tetapi
mahasiswa tidak memahaminya dan adanya keinginan untuk berjumpa dengan kawan-kawan serta ingin merasakan kuliah tatap muka yang sangat membantu dalam memahami ilmu secara efektif.
Serta banyak mahasiswa yang merasa kesulitan dalam pembelajaran daring ini, masalah-masalah yang sering membuat mahasiswa kesulitan dalam pembelajaran daring ini, seperti kesulitan dalam memahami materi yang diberikan dosen, sulitnya akses internet terutama bagi mahasiswa yang berada di daerah pelosok atau daerah yang masih sulit dalam mengakses internet, serta borosnya kuota belajar.
Kemudian sulitnya lagi ketika ada tugas kelompok dengan teman hanya bisa berdiskusi melalui zoom meeting.
Selain itu pembelajaran daring juga berdampak pada masalah mental pribadi seperti selalu merasa cemas, setress, tertekan karena tugas yang lebih banyak dibadingkan dengan kuliah tatap muka.
Perkuliahan daring yang berkelanjutan membuat mahasiswa bosan dan bermalas
malasan untuk mengikuti perkuliahan daring mengikuti pembelajaran secara virtual melalui zoom meeting. khususnya buat mahasiswa yang tinggal dipelosok atau desa yang tidak dapat mengakses jaringan internet dengan stabil, ada mahasiswa harus terlebih dahulu pergi mencari tempat yang sinyal internetnya bagus agar mereka bisa mengikuti kuliah, terkadang hal itu juga
yang selalu menjadi alasan utama untuk tidak mengikuti perkuliahan.
Disamping itu, perkuliahan daring juga membuat motivasi belajar mahasiswa menjadi turun dan cendrung membuat mahasiswa berisiko menyepelekan kuliah daring.
Selain itu perkuliahan daring juga tidak efektif dilakukan, banyak jadwal kuliah yang tidak sesuai, bahkan hari libur juga harus mengikuti perkuliahan yang dilakukan oleh sebagian dosen.
Perkuliahan secara daring hanya fokus kepada pembelajaran mata kuliah saja tidak
memberikan mahasiswa untuk dapat mencari pengalaman maupun pengalaman diluar lingkungan kampus.
Padahal pengalaman sangat diperlukan untuk bekal dimasa depan bagi mahasiswa untuk membantu mahasiswa menemukan jati dirinya,menambah wawasan, serta
dapat membantu mahasiswa dalam mencari pekerjaan jika sudah lulus kuliah nanti.
Disisi lain pembelajaran daring juga membuat proses komunikasi yang tidak lancar antar mahasiswa satu dengan mahasiswa lainnya, misalnya saat dosen memberikan tugas kelompok yang seharusnya dikerjakan bersama-sama.
Akan tetapi yang mengerjakan hanya
beberapa amggota kelompok saja, sedangkan yang lain hanya numpang nama tanpa membantu mengerjakan tugas kelompok tersebut.
Perkuliahan daring juga membuat mahasiswa yang tidak memiliki laptop kesulitan dalam membuat tugas tugas yang diberikan oleh dosen karena rata rata dosen memberikan tugas dalam bentuk soft file, seperti membuat makalah, ppt, resume materi, dan artikel.
Gaktor keluarga mahasiswa juga bisa mempengaruhi kualitas belajar mahasiswa selama mengikuti pembelajaran daring. Misalnya bingung memproritaskan belajar atau membantu pekerjaan orang tua dirumah, yang kedua keuangan orang tua karena tidak semua mahasiswa mendapatkan kuota internet gratis dari kemedikbud dan itu juga kadang kurang. Faktor lain seperti konflik permasalahan dengan keluarga. Lalu lingkungan keluarga yang tidak mendukung sehingga membuat mahasiswa tertekan.
Perkuliahan daring juga membuat beberapa mahasiswa yang memutuskan untuk
berhenti kuliah, seperti mengambil cuti setahun untuk bekerja, maupun berhenti kuliah karena memutuskan untuk menikah hal ini terjadi karna factor keuangan.
Disisi lain dampak negatif dari pandemi juga dirasakan oleh mahasiswa yang sudah
berada disemester atas, karena harus membayar kos atau kontrakan dengan harga normal meskipun tidak menggunakan fasilitasnya sama sekali.
Dampak lainnya dari segi ilmu karena praktikumnya dilakukan secara online. Perkuliahan daring memanfaatkan beberapa via aplikasi yang membutuhkan banyak
kuota bahkan sekali meeting di zoom bisa menghabiskan 1,5 gb lebih untuk satu mata kuliah.
Bayangkan jika dalam satu minggu semua mata kuliah melakukan zoom meeting pasti sangat-sangatlah boros pemakain internet.
Sementara dampak positif dari perkuliahan daring bagi mahasiswa itu sendiri yaitu
memiliki waktu banyak bersama keluarga, tidak kecapean duduk dimotor menuju kampus, pola makan menjadi teratur, bisa berolahraga,mengasah skill memasak, bisa menghemat biaya yang biasanya harus dikeluarkan saat kuliah seperti biaya kos atau kontrakan dan biaya hidup selama
merantau untuk mencari ilmu di kota lain.
Semoga kedepannya, pandemi Covid-19 bisa cepat berakhir sehinga segala aktivitas
yang biasanya dilakukan secara normal dapat kita laksankan kembali sebelum adanya Covid-19.
Penulis: Dewi Fatmila