LINGGATERKINI.COM – Bagi masyarakat Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau, nama Tudung Manto sudah tidak asing lagi karena selain sudah dibuat sejak tahun 1755 silam, Tudung Manto juga tetap diproduksi dan dipakai hingga kini.
Sejarah Tudung Manto secara historisnya adalah bagian dari Folklor non lisan yakni adat istiadat yang diwariskan atau disebarluaskan secara turun temurun dalam bentuk pakaian tradisional.
Tudung manto adalah kain yang biasa digunakan sebagai penutup kepala dan merupakan kelengkapan pakaian adat khususnya perempuan melayu.
Beberapa waktu lalu Kabupaten Lingga menerima sertifikat kekayaan intelektual komunal tudung manto dari Kementerian Hukum dan HAM.
Bahkan, Tudung Manto menjadi salah satu oleh-oleh atau cenderamata khas dari Kabupaten Lingga untuk kaum ibu-ibu yang berkunjung ke Negeri Bunda Tanah Melayu
Pengrajin Tudung Manto Firdaus Majid mengatakan, bahwa proses pembuatan Tudung Manto masih bersifat sambilan dan home industri, sehingga waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan sehelai Tudung Manto memakan waktu 1 hingga 2 bulan.
“Namun, bila dikerjakan secara rutin dapat diselesaikan sekitar 2 mingguan,” kata Firdaus, Rabu (29/6/2022)
Dijelaskan Firdaus untuk bahan yang digunakan seperti kain sifon, kain sina dan kelingkan. Juga diperbantu dengan pembidang dan tali nilon untuk menegangkan kain-kain tersebut.
“Kalau untuk bahan sifon sendiri di Dabo sudah mulai ada cuman perbedaan halus dan kasarnya saja. Lalu dipasangkan dengan kelingkan warna silver sehingga gabungan warnanya jadi lebih bagus,” jelasnya
Firdaus menuturkan, untuk motif tudung manto bermacam-macam, mulai dari tampol manggis, cermai, pucuk rebung, pucuk paku, semut beriring, bunga tanjung dan songket.
“Motif dari tudong manto bermacam-macam yang pasti ada tampok manggis, cermai, pucuk rebung, pucuk paku, semut beriring, bunga tanjung dan songket,” jelasnya
Firdaus berharap tudung manto dapat laris tidak hanya di Kabupaten Lingga namun bisa keluar daerah Lingga ataupun Kepri.
“Kita berharap tudong manto laris di Kabupaten Lingga sehingga bisa dibawa ke mana-mana,” harapnya
Sementara itu, Pengrajin lainnya Yanti mengatakan, bahwa ia tidak memiliki keahlian sama sekali dalam menjahit. Namun karena ada kesempatan mengikuti pelatihan tudung manto maka tidak ia sia-siakan.
“Saya tidak punya pengalaman menjahit, namun karena ada kesempatan, dan ini juga ilmu insyaallah akan saya teruskan membuat tudung manto ini,” tuturnya (Wn)