LINGGATERKINI.COM – Perayaan malam tujuh likur di Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau pada Ramadan 1445 Hijriah kembali digelar.
Hal ini sangat disambut senang oleh masyarakat Lingga, yang dapat memeriahkan suasana tradisi di malam 27 Ramadan nanti.
Baca Juga : Puslatpurmar 9 Dabo Singkep Laksanakan Baksos Dan Buka Bersama Warga
Dalam memeriahkan malam 7 likur nanti, terlihat beberapa warga telah menyiapkan tradisi ini dari jauh-jauh hari.
Seperti yang terpantau di Bandara Kelas III Dabo Singkep yang ikut memeriahkan malam tujuh likur dengan menghias gerbang lampu colok atau pelita mirip seperti masjid.
Tak kalah menariknya tak jauh dari gerbang juga terpasang lampu colok mirip dengan pohon kurma sehingga suasana terasa sedang berada di tanah arab.
Disamping itu, pihak Bandara Dabo Singkep juga menyediakan makanan bagi masyarakat yang melintas di sekitaran Bandara.
Baca Juga : Polres Lingga Hiasi Pos Pelayanan dan Pengamanan Berbudaya Melayu
Di jalan raya pun tak padat sehingga mengakibatkan mancet yang cukup berkepanjangan, hal tersebut terlihat antusiasnya masyarakat Dabo Singkep dalam menyambut malam tujuh likur.
Salah seorang pengunjung Agus mengaku, bahwa kalau bandara yang ikut dalam perlombaan hias menghias pasti tampak kreasi yang ditampilkan.
“Tentunya pemandangan hari ini kita dibawa seperti di masa lalu, yang mana lampu colok atau orang sering sebut lampu pelita ini digunakan oleh masyarakat dulu jauh sebelum adanya listrik,” ungkapnya sambil menyantap makanan, Sabtu (6/4/2024).
Sementara itu warga lainnya, Syahrul mengatakan, malam tujuh likur untuk tahun ini cukup meriah apalagi ada menu makanan yang disediakan.
“Di samping kita melihat lampu colok kita juga disajikan makanan gratis oleh pihak Bandara. Dan ini sudah sering kalau bandara ikut dalam berpartisipasi dalam perlombaan,” katanya.
Tradisi malam 7 likur ini masih terus dilestarikan meskipun ada pergeseran, seiring waktu itu disebabkan berbagai alasan Tetapi tidak menyurutkan minat Masyarakat untuk mempertahankan.
Tradisi ini sangat ditunggu oleh Masyarakat terlebih lagi buat para warga akan pulang dari perantauan, Tradisi ini dapat dijumpai 1 kali dalam setahun.
Meski berjalannya waktu, namun tradisi kemeriahan malam Tujuh Likur ini harus tetap dijaga sampai kapanpun, khususnya di Kabupaten Lingga, Negeri Bunda Tanah Melayu. (Wn)